PT Campina Ice Cream Industry Tbk, produsen es krim terkemuka di Indonesia, kembali menggelar program Corporate Social Responsibility (CSR) di bidang budidaya jamur tiram. Desa Kuniran, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, tahun ini dipilih untuk menghelat program yang sudah dilaksanakan Campina Ice Cream secara kontinyu sejak tahun 2012 tersebut.
Jamur tiram merupakan alternatif pilihan pangan yang lebih sehat bagi masyarakat. Terutama kepada mereka yang kini memiliki perhatian lebih kepada gaya hidup sehat, bahkan memilih untuk menjadi vegetarian, atau bahkan vegan. Budidaya jamur tiram ini dapat dijadikan alternatif pangan non-hewani bergizi dengan kandungan nutrisi, yang dapat membantu mencegah penyakit. Program ini juga mengajak masyarakat untuk melaksanakan pelatihan proses budidaya sampai dengan mengolah hasil panen. Harapannya tentu agar mampu memberdayakan ekonomi masyarakat sekitar.
Direktur PT. Campina Ice Cream Industry, Tbk, Bapak Hendro Hadipranoto menjelaskan, di dalam program budidaya jamur ini pihaknya bekerja sama dengan masyarakat di tingkat kecamatan hingga desa dan sekolah untuk meningkatkan kesejahteraan, dan memberikan wawasan untuk masyarakat. “Hingga tahun 2018 sudah ada 7 daerah yang memiliki kumbang jamur, dan masyarakat dari daerah tersebut sudah cukup mandiri untuk bisa merawat, menanam, dan menjual jamur,” ungkap beliau dalam keterangan resmi, di hari Minggu 28 April 2019.
“Harapan kami, mereka akan termotivasi untuk meningkatkan pola budidaya jamur secara baik, dan mampu menghasilkan berbagai produk olahan jamur,” kata Bapak Hendro. “Dukungan Campina pada usaha budidaya jamur ini sejalan dengan misinya yang peduli terhadap lingkungan dari pemanasan global, dengan mengonsumsi produk organik. Untuk mengatasi pemanasan global, haruslah dari kita sendiri dulu dan itu kita mulai dengan mengonsumsi produk organik seperti jamur tiram ini,” demikian dijelaskan Bapak Hendro.
“Sejak 47 tahun lalu berdiri, Campina tidak hanya fokus pada kepuasan masyarakat melalui produk-produk yang digemari konsumen, tetapi Campina juga memberikan perhatian lebih terhadap lingkungan alam dan masyarakat sekitar. Program CSR budidaya jamur tiram diharapkan mampu memberikan manfaat positif kepada lingkungan dan kesehatan masyarakat, serta dapat memberdayakan ekonomi masyarakat sekitar melalui budidaya jamur,” jelas beliau.
Tidak hanya itu, sebagai bentuk tanggung jawab terhadap sekitar, Bapak Hendro juga mengaku bahwa di dalam perusahaan dan di dalam pabriknya sendiri, Campina Ice Cream telah memberlakukan program ramah lingkungan. Di antaranya adalah mengelola sampah makanan di pabrik menjadi kompos, mengurangi penggunaan lampu dan memanfaatkan penerangan sinar matahari, suhu AC dijaga pada 24°C, memakai mesin hand-dryer di toilet-tidak lagi menyediakan tisu, sampai pembudidayaan kebun sayur dengan inovasi pemanfaatan rooftop garden.
Selain itu, Campina Ice Cream juga menerapkan konsep kantin vegetarian yang kini juga banyak dijadikan tren gaya hidup masyarakat urban guna menjaga kesehatan diri. “Campina memahami bahwa di samping kelestarian lingkungan, masyarakat juga perlu menyadari akan kesehatan pola makan dan kesehatan tubuh. Sehingga, tidak hanya berhenti pada program ramah lingkungan di dalam pabriknya, Campina juga melakukan berbagai program positif yang bertujuan untuk mewujudkan kepeduliannya terhadap kesehatan masyarakat,” ungkap beliau. Hal tersebut dilakukan guna mengurangi efek samping apabila terlalu banyak mengonsumsi pangan hewani.
Konsumsi pangan hewani dapat mengakibatkan obesitas dan rentan terserang berbagai macam penyakit dan komplikasinya. “Kita coba dengan makanan yang sangat Indonesia. Soto ayam misalnya, diubah jadi soto jamur, siomay jamur, mie ayam jadi mie jamur, sate jamur, nasi goreng jamur.” Kita fokusnya ke konsumsi lokal dulu, nanti kalau sudah berlebihan bisa ke luar kota,” jelas Bapak Hendro. Selain membantu penyuluhan dan pelatihan pengolahan jamur tiram, Bapak Hendro mengaku bahwa Campina Ice Cream juga memberikan bantuan lainnya, seperti media tanam atau bag log, rumah bambu tempat penyusunan bag log, hingga alat untuk membuat olahan jamur tiram tersebut.
Desa Kuniran, sendiri terletak di perbatasan barat Jawa Timur dan Jawa Tengah. Desa ini belakangan tengah menggeliat dengan adanya budidaya jamur tiram. Sudah ada puluhan warga bergabung jadi satu kelompok tani, menggunakan waktu senggang mereka di sela-sela bertani padi dan beternak, untuk membudidayakan tumbuhan yang kaya akan karbohidrat, protein dan vitamin itu. Sudah dibuat satu rumah bambu tempat ratusan bag log (media untuk pertumbuhan jamur), bantuan dari Campina Ice Cream. Salah satu petani jamur, Bapak Tohar, mengatakan dalam setahun masing-masing bag log bisa menghasilkan jamur tiram siap olah sekitar tujuh kali. Dari tanam hingga petik membutuhkan waktu 30-40 hari. Sementara ini, warga baru sebatas menanam dan memanen. Dalam sehari, sekitar 200 kg jamur tiram diproduksi di Desa Kuniran. Kelompok tani kemudian menjualnya ke pengepul. “Harganya per kilo sekitar sembilan sampai sepuluh ribu (rupiah),” kata Bapak Tohar.
Kepala Desa Kuniran yang hadir di acara CSR Jamur Tiram Campina Ice Cream, Bapak Heri Sugianto, mengatakan bahwa selama ini masyarakat sekitar hanya menjual jamur tiram mentah dengan harga Rp10.000, – “Nantinya kita harapkan tidak begitu panen langsung dijual. Tapi bisa dibuat olahan sehingga begitu dijual harganya bisa lebih tinggi,” kata Bapak Heri Sugianto saat ditemui akhir pekan kemarin. Bapak Heri mengakui, produksi jamur tiram di desa yang dipimpinnya mulai jadi buruan masyarakat. Konsumen dari Sragen, Karang Anyar, Surabaya, hingga Jakarta, berdatangan ke sana untuk membeli jamur tiram hasil tanam masyarakat sekitar. Bahkan, kata dia, petani jamur tiram di desa tersebut masih kewalahan memenuhi permintaan dari para konsumen.
Teknik penyimpan jamur tiram ini juga semestinya menjadi perhatian petani. Jamur tidak akan busuk selama 6 bulan asalkan penyimpannya tepat. Selama penyimpannya itu, jamur bisa diolah menjadi berbagai produk olahan. Apabila mereka menjual jamur tiram dalam bentuk olahan, nilai jualnya bisa mencapai Rp120.000, – hingga Rp150.000, – per porsinya.
Dengan dukungan yang diberikan Campina, Bapak Heri Sugianto berharap petani atau masyarakat di desanya bisa meningkatkan taraf hidupnya, dengan memanfaatkan produk olahan jamur yang bisa memberikan nilai lebih. Pasalnya, permintaan terhadap produk makanan olahan jamur cukup besar, hanya saja selama ini belum ada yang mengarahkan atau memberikan pelatihan. “Jika bisa dijual dengan jenis produk olahan, seperti sate jamur, soto jamur, dan sebagainya, harganya bisa berlipat, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” pungkas Bapak Heri Sugianto.
Di acara CSR Campina Ice Cream ini, disediakan juga aneka olahan jamur tiram yang dapat dinikmati oleh para pengunjung dan warga desa, antara lain; Soto jamur, nasi goreng jamur, sate jamur, mie jamur, jamur goreng crispy, dan jamur balado. Semua masakan dimasak dan diolah di tempat oleh para juru masak berpengamalan, yang khusus didatangkan dari dapur kantin vegetarian di pabrik es krim Campina.