Sejak dibuat pertama kali oleh Bapak Darmo Hadipranoto bersama ibu di sebuah garasi rumah di Jalan Gembong Sawah, Surabaya di tahun 1972 yang lalu, Campina Ice Cream tentu sudah melewati banyak hal.
Perjalanan merek asli Indonesia disampaikan oleh Bapak Adji Andjono (Sales & Marketing Director) dalam sesi wawancara dengan Majalah MIX Marketing edisi Maret 2021:
“49 tahun Campina merupakan perjalanan panjang bagi sebuah brand. Ini adalah sebuah proses, dari yang awalnya sebagai brand di garasi rumah menjadi brand pabrikan, hingga kemudian menjadi brand yang dapat menyesuaikan konsumennya dari zaman ke zaman. Artinya, brand dituntut untuk tetap up to date dengan konsumen di setiap masanya. Tim Marketing sebagai brand guardian, juga harus selalu menjaga brand value agar konsumen tetap setia kepada brand Campina”
Perjalanan merek Campina ini pun dimuat dalam buku Brand Story-From Zero to Hero, yang diterbitkan oleh grup Majalah SWA. Setelah didirikan tahun 1972 oleh founding father kita, Campina beralih dari usaha rumahan ke usaha pabrikan sejak pindah ke kawasan industri Rungkut, Surabaya di tahun 1984. Saat itu Campina langsung menjadi market leader di kategori es krim, dengan melakukan ekspansi, atau perluasan bisnis ke seluruh Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
Di tahun 1992, Campina tercatat mendapatkan lawan tanding dari luar, es krim rilisan perusahaan multinasional. Seperti halnya olah raga, kompetisi ini pun mendorong Campina untuk terus berusaha memberikan yang terbaik untuk para konsumennya, para penggemar es krim di Indonesia.
Di tahun 1995, Campina menggandeng investor baru, keluarga Sabana Prawirawidjaja, pemilik PT Ultrajaya Milk Industry Tbk. Dengan masuknya Ultrajaya, produsen minuman asal Bandung, Jawa Barat ini pun menjadi major shareholder.
Kondisi yang tidak mudah pernah Campina temui, dan berhasil dilewati. Krisis moneter di tahun 1997, yang berimbas naiknya nilai tukar US Dollar ke Rupiah secara drastis, sempat mengguncang perekonomian Indonesia. Kenaikan nilai tukar yang sangat drastis ini tentunya sangat berpengaruh terhadap harga beli bahan baku impor, dan juga daya beli konsumen.
Tahun 2001, awal milenium baru, ditandai dengan semakin agresifnya merek ini dalam melakukan perluasan pasar ke Pulau Sulawesi dan Kalimantan. Tantangan yang dihadapi tentu sangat beragam, salah satunya terkait sifat dari produk es krim sendiri yang sangat rentan terhadap perubahan suhu.
Karenanya, team Campina dengan ketat menjaga kualitas produk lewat strategi cold chain yang berawal sejak es krim keluar dari pabrik, dipindahkan ke masing-masing gudang kantor perwakilan dalam reefer container, sampai di gudang, dan beralih ke delivery van ke freezer-freezer Campina di toko pelanggan, hingga sampai ke tangan konsumen.
Tahun 2006 hingga sekarang diwarnai dengan hadirnya produk-produk Campina dengan lisensi dari Nickelodeon, Spongebob Squarepants dan menyusul Patrick Star. Varian rasa es krim rasa pisang yang identik dengan warna kuning, dengan waktu singkat menjadi favorit anak-anak.
Di tahun 2011, Campina meraih sertifikasi-sertifikasi ISO, pertanda bahwa Campina sudah memenuhi persyaratan berstandar internasional dalam proses produksinya. Dengan adanya sertifikasi ini, rasa percaya masyarakat sebagai konsumen es krim terhadap merek ini pun bisa ditingkatkan.
Menyusul Nickelodeon, perusahaan multinasional asal Amerika Serikat, Walt Disney memberikan lisensi untuk Campina, lewat brand Marvel, yang banyak dikenal dengan karakter-karakter pahlawan supernya; Captain America, Iron Man, Spiderman, dan masih banyak lagi di tahun 2017. Jadilah isi freezer Campina terlihat berwarna-warni, sangat menarik untuk konsumen dari segmen usia anak-anak.
Tahun 2017 Campina resmi terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Jakarta, menjadi perusahaan terbuka, sehingga terjadi perubahan nama: PT Campina Ice Cream Industry, Tbk. Tagline baru diluncurkan pada tahun 2019, Celebrate Goodness, atau rayakan kebaikan jika diartikan secara harafiah dalam Bahasa Indonesia.
Tahun 2020? Campina melewati badai pandemi Covid-19, dan terus berjuang hingga kini.