Dalam acara Bincang Emiten edisi ke-9, Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) mengundang Bapak Adji Andjono Purwo, selaku Sales and Marketing Director dari PT Campina Ice Cream Industry, Tbk. AEI mengundang Campina salah satunya dalam rangka memperingati usia emas Campina, yang berulang tahun ke-50 di tahun 2022 ini.
Wawancara yang penuh insights tentang industri es krim di Indonesia masa kini dibawakan dengan sangat baik oleh Ibu Emmy Kuswandari dari AEI. Menggali pengalaman, pengetahuan, dan wawasan dari Pak Adji, yang sudah berpengalaman lebih dari dua puluh lima tahun di industri yang disebut ‘sweet and creamy‘ ini.
Sejarah Campina
Campina Ice Cream sendiri berawal dari perusahaan rumahan di kota Surabaya, Jawa Timur. Berawal dari cinta kasih seorang bapak ke putra putrinya, beliau membuatkan es krim yang sangat mereka gemari. Kegemaran ini pun berubah menjadi passion, saat Pak Darmo Hadipranoto, belajar membuat es krim sampai ke negara Italia. Es krim buatan tangannya, awalnya ditawarkan ke tetangga-tetangganya dan mendapatkan sambutan yang sangat baik. Kemudian es krim buatan tangannya dijajakan dalam boks-boks lewat tenaga penjual sepeda dengan dry ice. Keberadaan es krim Campina saat itu di tahun 1970-an, sangat dinanti-nantikan warga Surabaya.
Varian es krim yang legendaris, Hula Hula Kacang Hijau dan Tape Ketan Hitam, sudah diproduksi sejak tahun 1972, dan masih digemari hingga kini, dari lintas generasi. Resep dan prinsip cara pembuatannya pun tidak berubah, meneruskan cita-cita dan keinginan Pak Darmo Hadipranoto, yang mempunyai visi dan prinsip tentang kualitas yang terus harus dijaga sampai kapanpun.
Langkah Campina ke Depannya
Di usia emas Campina, perusahaan ini tetap berupaya untuk tetap berada di jajaran utama produsen es krim di Indonesia (3 besar), tetap agresif melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah di Indonesia yang belum pernah dihadiri sebelumnya. Tetap relevan dengan para konsumennya, terutama mereka yang datang dari kalangan millennials dan centennials. Tetap relevan pula dari sisi konten, yaitu kualitas es krimnya sendiri, dan dari sisi konteks, tentang kemudahan cara mendapatkan es krim dengan memaksimalkan teknologi digital, dalam waktu yang sangat singkat.
Ibaratnya, konsumen muda yang tertarik dengan unggahan salah satu varian es krim baru Campina di Instagram, lewat satu tombol, bisa langsung memesan varian es krim yang dilihatnya lewat salah satu brand online touch point, dan mendapatkannya dalam waktu kurang dari satu jam, dikirimkan oleh layanan Campina Delivery.
Untuk varian baru sendiri, di semester 1 tahun ini, Campina sudah meluncurkan Concerto Midi Tiramisu, mengikuti suksesnya peluncuran 2 varian sebelumnya, Concerto Midi Strawberry dan Cookie Creamy yang dipasarkan dengan harga terjangkau. Pun demikian dengan inovasi produk es krim dari 100% bahan nabati, dari kacang Almond, Luve Choco Almond Milk.
Di masa pandemi, Campina pun mengeluarkan produk water ice (sama sekali tidak mengandung susu) dengan harga sangat terjangkau, yang diperkaya dengan 90mg vitamin C, cukup memenuhi kebutuhan vitamin C dalam satu hari (menurut Kementerian Kesehatan RI), yaitu varian Orange Plus. Beberapa aktivitas corporate social responsibility (CSR) Campina di masa pandemi banyak melibatkan varian Orange Plus ini. Selain memberikan kesegaran, juga punya manfaat bagus untuk menaikkan imun tubuh. Diantaranya acara donor darah, donor plasma konvalesen, percepatan vaksinasi ketiga (booster) di beberapa kota di Indonesia.
Potensi dan peluang untuk bertumbuh di industri es krim di Indonesia masih sangat besar, karena konsumsi per kapita susu di Indonesia masih sangat rendah, 0,8 liter per kapita per tahun. Berbeda dengan negara lain, Australia misalnya, yang sudah mencapai 22 liter per kapita per tahun. “Dan seiring dengan peningkatan konsumsi susu, salah satunya lewat peningkatan konsumsi es krim, pertumbuhan bisnis dan industri es krim diharapkan dapat ditingkatkan”, disampaikan Pak Adji menutup wawancara.
Untuk petikan wawancara selengkapnya, silahkan klik tautan ini.